Kelompok 11
4EB19
Nama : Ellen
Putri Sa’diyyah (22215182)
Listiani Roswita (23215850)
KEPUASAAN KERJA
Pengertian Kepuasan
Kerja
kepuasan kerja merupakan salah satu faktor
penting dalam meningkatkan kinerja dan komitmen seseorang. Kepuasan kerja adalah
suatu keadaan dalam diri seseorang yang mera-sa puas, lega dan senang karena
situasi dan kondisi kerja yang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan
harapannya.
Robbins (1996) mendefenisikan kepuasan kerja
sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya
ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini
seharusnya mereka terima.
Handoko (2001) mengatakan kepuasan kerja
merupakan keadaan emosional yang menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja adalah suatu sikap atau perasaan karyawan terhadap aspek-aspek
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai pekerjaan sesuai dengan
penilaian masing-masing pekerja.
Aspek –
aspek Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (1996) ada lima aspek kepuasan kerja, yaitu:
a. Kerja
yang secara mental menantang
b. Ganjaran
yang pantas
c. Kondisi kerja yang mendukung
d. Rekan kerja yang mendukung
e. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Faktor –
faktor Penentu Kepuasan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ada banyak, namun secara umum
Greenberg dan Baron (1995) membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu :
A.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu
1)
Kepribadian
2)
Nilai-nilai yang dimiliki individu
3)
Pengaruh sosial dan kebudayaan
4)
Minat dan penggunaan keterampilan
5)
Jenis kelamin
6)
Tingkat Inteligensi
7)
Status dan senioritas
B.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi
1)
Situasi dan kondisi pekerjaan
2)
Sistem upah atau gaji
3)
Penyelia dan komunikasi
4)
Pekerjaan
5)
Keamanan
6)
Kebijaksanaan perusahaan
7)
Aspek sosial dari pekerjaan
8)
Kesempatan untuk pertumbuhan dan promosi
Konsekuensi Kepuasan
Kerja
Berikut ini adalah hasil dari karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang
tinggi menurut Munandar, Sjabahni dan Wutun (2004) antara lain:
1. Adanya kepercayaan bahwa
organisasi akan memuaskan dalam jangka waktu yang lama
2. Memperhatikan kualitas kerjanya
3. Lebih mempunyai komitmen organisasi
4. Lebih produktif
Cara Mengukur Kepuasan Kerja
Ada beberapa cara mengukur kepuasan kerja, diantaranya :
1. Menggunakan Skala Index Deskripsi Jabatan,
meliputi :
a. Pekerjaan itu sendiri
b. Kualitas supervise
c. Hubungan dengan rekan kerja
d. Peluang promosi
e. Upah
2. Menggunakan Kuesioner Kepuasan Kerja
Minnesota
SEMANGAT KERJA
Pengertian Semangat Kerja
Menurut Bentley dan Rempel (dalam Lumsden, 1998) adalah ketertarikan
profesional dan antu-siasme yang ditunjukkan seseorang yang mengarah pada
prestasi individual serta tujuan kelompok dalam situasi kerja yang ada.
Nitisemito ( 2010 ) semangat kerja adalah “ melakukan pekerjaan secara
lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan lebih cepat dan
lebih baik”.
HUBUNGAN ANTARA
KEPUASAAN KERJA DENGAN SEMANGAT KERJA
Pada dasarnya seorang
karyawan dalam bekerja dilandasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar, antara lain :
kebutuhan psikologis, sosial, dan lain-lain. Dengan terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan karyawan, maka karyawan akan bekerja dengan rasa senang dan
gembia. Dan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan karyawan tersebut, maka perusahaan
akan memproleh banyak keuntungan, seperti : pekerjaan akan diselesaikan dengan
cepat, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi dapat diperkecil seminimal
mungkin dan sebagainya. Namun sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan karyawan, maka akan mengancam kelangsungan perusahaan.
Kepuasan
kerja menjadi masalah yang cukup pentinga dan sangat besar sekali manfaatnya.
Bagi individu kepuasaan kerja dapat menimbulkan usaha-usaha peningkatan
kebahagiaan hidup mereka. Bagi industri, kepuasaan kerja dilakukan dalam rangka
usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan
tingkah laku karyawannya.
Pada
dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasaan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai
dengan keinginan individu tersebut, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan
kerja yang dirasakan dan juga sebaliknya. Jika aspek-aspek yang menimbulkan
kepuasan kerja dapat terpenuhi maka seorang karyawan akan bersemangat dalam
menjalakan pekerjaannya.
Menurut
Nitisemito (2010) bahwa turunnya
semangat kerja dan kegairahan kerja merupakan indikasi dari ketidakpuasan kerja
karyawan. Dengan ketidakpuasan tersebut maka hal ini akan menyebabkan menurunnya
semangat kerja karyawan, dan akan diikuti oleh turunnya produktivitas, sehingga
akan dapat merugikan perusahaan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasaan kerja mempunyai keterkaitan yang
erat dengan semangat kerja seorang karyawan.
STRESS KERJA
Pengertian Stress
Kerja
Stress kerja merupakan hasil
interaksi antara kondisi dan sifat pekerja yang mengubah fungsi fisik maupun
psikis yang normal atau dengan kata lain stress kerja merupakan tuntutan
pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan karyawan.
Sumber Stress Kerja
1)
Kondisi Kerja, meliputi :
a.
Beban kerja yang berlebihan
b.
Pembagian waktu kerja
c.
Kondisi fisik yang berbahaya
d.
Stress karena kemajuan teknologi
2)
Stress Karena Peran
3)
Faktor Interpersonal
4)
Perkembangan Karier
5)
Struktur Organisasi
Program, Fungsi dan Tipe Konseling
Manusia tidak terlepas dari berbagai masalah dan
menghendaki terlepas dari masalah yang dihadapinya. Masalah karyawan bervariasi
(menjelang pensiun, promosi, demosi, konflik, stres, dsb). Dengan
konseling diharapkan karyawan dapat menyalurkan perasaan-perasaannya sehingga
dapat bekerja secara efektif.
a. Memberi
nasihat dan petunjuk (Advise)
Konselor
membuat keputusan-keputusan tentang masalah konselee dan menunjukkan tindakan
apa yang harus diambil. Hindari ketergantungan konselee pada konselor.
b. Memberi
keyakinan (Reassurance)
Memberi
keyakinan dengan cara memberi keberanian untuk menyelesaikan masalah atau
memberi rasa percaya diri sehingga yakin akan tujuan dan tindakannya.
c. Mengembangkan
komunikasi
Karyawan
lebih berani mengemukakan perasaan, komunikasi atasan bawahan semakin lancar insight pada konselee).
d. Menurunkan
tegangan
Dengan
katarsis (mendiskusikan) masalah pada orang yang dipercaya, ketegangan emosi
menurun. Memindahkan keterpakuan mental, membuat mereka dapat menghadapi
masalah kembali dan berpikir konstruktif tentang masalah tersebut.
e. Menjernihkan
Pikiran
Pegawai
yang mengalami blocking emosional, dapat kembali berpikir secara terarah.
f. Reorientasi
Diri
Perubahan
diri secara praktis akan menolong konselee mengenali dan menerima keterbatasan
mereka.
Tipe-Tipe
Konseling
a. Directive
Counseling (Conselor Centered)
Konselor
memutuskan apa yang harus dilakukan, memberitahu dan memotivasi untuk melakukan
hal-hal tertentu (terpusat pada konselor, dia yang lebih aktif dan otoriter).
b. Non
Directive Counseling (Councelee Centered)
Konselee
dapat membuat keputusan, pemecahan dari konselee, konselor menumbuhkan insight, dapat lebih mendewasakan
konselee.
c. Participative
Counseling
Kedua
belah pihak berpartisipasi saling mengembangkan pemecahan masalahnya. Ada
kerjasama yang kooperatif (diskusi bersama).
Pembinaan Disiplin
Merupakan upaya untuk menghindari terjadinya
pelanggaran-pelanggaran. Meskipun kita menginginkan agar keinginan karyawan
bisa terintegrasikan dengan tujuan perusahaan dengan mencoba memahami berbagai
tingkah laku manusia, bukan berarti manajemen harus memenuhi kehendak karyawan,
namun selama perusahaan telah mempunyai peraturan permainan dan telah
disepakati bersama maka pelanggaran terhadap permainan ini harus dikenakan
tindakan pendisiplinan Dalam uraian tentang disiplin telah disinggung secara
sepintas mengenai pendisiplinan preventif dan korektif.
Pembinaan disiplin tenaga kerja merupakan suatu
kegiatan untuk mengarahkan dan mengembangkan kehidupan seseorang yang sudah
dimiliki agar dapat menimbulkan kegairahan kerja dan rasa tanggung jawab.
Berdasarkan
pengertian di atas, jelas bahwa pembinaan disiplin kerja karyawan untuk
memperbaiki efektivitas dan mewujudkan kemampuan kerja karyawan dalam rangka
mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi sehubungan dengan tujuan
tersebut maka Proctor dan Tarton (Malayu, 1994) menyatakan bahwa pembinaan
disiplin tenaga kerja berfungsi untuk menaikkan rasa kepuasan pegawai,
mengurangi pemborosan, mengurangi ketidakhadiran atau absensi dan perputaran
pegawai, memperbaiki metode dan sistem bekerja, menaikkan tingkat
penghasilan,mengurangi biaya lembur, mengurangi biaya pemeliharaan mesin,
memperbaiki komunikasi, moral pegawai meningkatkan pengetahuan serbaguna
pegawai, menimbulkan kerjasama yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar